ada posisi dimana menerima orang lain apa adanya tak cukup membuat kita diterima apa adanya, seolah-olah menjadi diri kita sendiri tak pernah cukup membuat orang lain bahagia.
tapi masalahnya, bila kita berubah apa orang lain juga mau berubah untuk kita? atau tiba-tiba semua orang mau menerima perubahan kita? bukankah jawabannya adalah kita harus terus-terusan berubah demi membuat orang lain nyaman dengan kita, padahal kita mau mengabaikan rasa tak nyaman kita terhadap orang lain karena kita menghargai keunikan mereka, sementara mereka tidak?
buat apa kita terus-terusan menerima orang lain yang tak mau menerima uniknya kita hanya agar dapat label "makhluk sosial" ??
kadang jadi makhluk sosial itu rumit, saat kita berubah menjadi "lebih baik" didepan publik dan suatu masa mereka mengetahui busuk-busuknya kita, label "baik" itu seolah-olah seperti kapas yang diterbangkan angin entah kemana, entah jatuh dimana, gada yang tau.
banyak saksi bisu dan saksi hidup yang melihat perkembangan perubahanku dari masa ke masa, hingga kini aku sampai pada titik jenuh perubahanku. pertanyaannya, kenapa hanya aku yang disuruh berubah? aku gak pernah nyuruh siapapun berubah hanya karena aku gak suka sikap mereka terhadapku, emank siapa aku? emank apa kontribusiku ke hidup mereka sampe aku minta mereka berubah?
sebadung-badungnya aku di mata orang tuaku, mereka gak pernah minta aku buat jadi sesuatu yang gak aku pengen, padahal mereka punya kontribusi penting dalam hidupku yang membuat mereka berhak meminta hal-hal semacam itu pada anaknya.
aku hanya gak mau berubah, aku juga ingin diterima apa adanya, sama seperti aku menerima mereka apa adanya. tidak bisakah mereka hanya menerima aku yang seperti ini? aku gak pernah sengaja bermaksud menyakiti orang lain dengan karakterku yang kayak gini kok, mank buat apa coba? untungnya buat aku kalo ada orang sakit karena aku apa? mank aku bisa tiba-tiba dapet mobil kalo orang sakit karena aku? ngak kan.
ini semua membuktikan bahwa pepatah "jika kamu ingin dihargai, maka terlebih dahulu hargailah orang lain" adalah BULSHIT semata !!!!
tapi masalahnya, bila kita berubah apa orang lain juga mau berubah untuk kita? atau tiba-tiba semua orang mau menerima perubahan kita? bukankah jawabannya adalah kita harus terus-terusan berubah demi membuat orang lain nyaman dengan kita, padahal kita mau mengabaikan rasa tak nyaman kita terhadap orang lain karena kita menghargai keunikan mereka, sementara mereka tidak?
buat apa kita terus-terusan menerima orang lain yang tak mau menerima uniknya kita hanya agar dapat label "makhluk sosial" ??
kadang jadi makhluk sosial itu rumit, saat kita berubah menjadi "lebih baik" didepan publik dan suatu masa mereka mengetahui busuk-busuknya kita, label "baik" itu seolah-olah seperti kapas yang diterbangkan angin entah kemana, entah jatuh dimana, gada yang tau.
banyak saksi bisu dan saksi hidup yang melihat perkembangan perubahanku dari masa ke masa, hingga kini aku sampai pada titik jenuh perubahanku. pertanyaannya, kenapa hanya aku yang disuruh berubah? aku gak pernah nyuruh siapapun berubah hanya karena aku gak suka sikap mereka terhadapku, emank siapa aku? emank apa kontribusiku ke hidup mereka sampe aku minta mereka berubah?
sebadung-badungnya aku di mata orang tuaku, mereka gak pernah minta aku buat jadi sesuatu yang gak aku pengen, padahal mereka punya kontribusi penting dalam hidupku yang membuat mereka berhak meminta hal-hal semacam itu pada anaknya.
aku hanya gak mau berubah, aku juga ingin diterima apa adanya, sama seperti aku menerima mereka apa adanya. tidak bisakah mereka hanya menerima aku yang seperti ini? aku gak pernah sengaja bermaksud menyakiti orang lain dengan karakterku yang kayak gini kok, mank buat apa coba? untungnya buat aku kalo ada orang sakit karena aku apa? mank aku bisa tiba-tiba dapet mobil kalo orang sakit karena aku? ngak kan.
ini semua membuktikan bahwa pepatah "jika kamu ingin dihargai, maka terlebih dahulu hargailah orang lain" adalah BULSHIT semata !!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar